Berpilin Dengan Alam

Kalian tahu anyaman? Sewaktu sekolah dasar mungkin pernah diminta membuat kerajinan tangan ini.

Pilinan yang terkulum sempurna dalam setiap kolong tertata kuat. Akan semakin heroic kala semua jalinan itu berubah menjadi berbagai bentuk perkakas, mulai dari kukusan, dunak, kalo (menyaring santan), tampah (tempat membersihkan beras), bojok (alat pengakut yang biasanya digunakan dibelakang sepeda,sepeda motor), kipas, sampai gedek rumah. Hebat bukan! Bahkan sejatinya ada lebih banyak lagi barang – barang yang bisa dibuat lewat pilinan bambu itu.

Beberapa waktu yang lalu mata kuliah peiklanan menjadikan klu etnisitas sebagai modal mencari bahan iklan. Kemudian membuat saya ingat pada suatu tempat eksotis karena keunikan penduduknya, yakni satu desa bermatapencaharian penganyam. Namanya desa Pulorejo, di Kecamatan Winong Kabupaten Pati .

Rumpun bamboo memang berderet memagari desa ini, bermacam bambu. Tidak salah memang, karena inilah hidup mereka. Berpilin dengan alam. Berkeliling di desa ini setiap jengkalnya akan mudah ditemui wanita – pria penganyam. Masing – masing distrik memiliki anyaman berbeda, sebelah selatan kipas, besek dan tampah, tengah kukusan,dunak dan bajok, utara kalo, gedeg, ikrak.

Kegiatan anyam menganyam baru mereka mulai selepas dhuzur, biasanya sambil duduk bersama dan saling bercerita_kearifan masyarakat desa. Setelah matahari semakin tumbang satu dua pengupul datang mengambil anyaman dan menukarnya dengan uang beberapa ribu (padahal bikinnya pasti susah). Selanjutnya anyaman akan masuk pasar, took kelontong, bahkan dikirim ke luar kota (missal : Blitar, Jawa Timur).

Amat disayangkan memang, kerja keras pilinan tersebut justru kalah dengan bijih plastic yang konon katanya tanah saja butuh waktu lama mencernannya. Padahal banyak barang – barang anyaman ini yang lebih aman, bukan melamin, bukan plastik tapi bambu. Alami.

Tradisi turun menurun nenek moyang ini menurut saya luar biasa. Asset budaya bukan? Sayangnya semua ini cuma sekedar asset, tidak ada perhatian. Semua itu seni bukan? Ada sejarahnya, ada estetikanya. Punya potensi sebagai desa wisata. Aih, bermimpi soal desa wisata? di Kabupaten tercinta ini saja masih belum jelas pengembangan pariwisatanya.

Dari semua keajaiban alam ini siapa arsitek hebat yang merancangnya? Lulusan design product universitas mana? Tehnik Industri mana yang membimbingnya? Aih, Tidak perlu lah sangkutan perlente seperti itu. Sebab jawabnya hanya, alam dan manusia yang bijak memanfaatkannya. Mereka yang berpilin dengan alam, memadu sempurna dalam ikatan yang tidak pernah ada guratan, hanya keseimbangan.

 semoga kelak bisa, berkontribusi sesuatu (amien)

Winong, 25 Juli 2012. 3.43

2 thoughts on “Berpilin Dengan Alam

Leave a reply to azaleav Cancel reply