Category Archives: Rectoverso

Recto adalah Mendengar dan Verso adalah Melihat. Dalam postingan ini, nantinya akan ada berbagai cerita dan berbagai suara. :)

MOVE (ON)

Berpindah… ber-pindah, aneh juga ketika kemudian menuliskan ‘pindah-pindah-pindah-pin-dah-pinndah’ berkali – kali.

Kata banyak akun, sekarang zaman move on. Kalau nggak bisa move on namanya masih belum bisa lupa. Gimana mau lupa kalau ternyata memang otak kita memiliki yang dijuluki ‘memori’ ?

Tapi, perpindahan ini menjadi sesuatu yang membahagiakan.

Bismillah 🙂 Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih dan Penyayang (jeng jeng jeng)

http://www.arfika.wordpress.com akan MOVE ON ke www. arfika.com

Secara khusus nantinya Fika akan menggunakan www.arfika.com untuk menuliskan segala bentuk tulisan. Alamat rumah baru hadiah kakak ini begitu istimewa, (makasih ya kakak :3 )

Setelah dua kali ke tiga kali bisa naik pesawat gratis karena blog, web, dan menulis rumah baru (www.arfika.com) segera dihuni dan dibereskan. Makasih untuk Lomba WEB Muda Kompas awal tahun lalu membawa saya ke Jakarta cuma – cuma, dan Road to Global Youth Forum Desember besok di Bali :’)

Arfika akan pindah rumah, so maen aja ke http://www.arfika.com

 

Semoga akan menjadi manfaat untuk semua 🙂

thanks to http://www.arfika.wordpress.com

welcome to www.arfika.com

11.29

Semarang, 19 November 2012

 

SELAMAT BERLAYAR ~

Kau masih sama seperti dulu, tidak berubah. Hanya saja sekarang, kau tengah sibuk menatap tanpa ingin melihat. Aku hanya mampu memandangmu, sembari melipat kertas ini. Lipatan kertaas berpena ini seperti melipat hati, menyimpan setiap permukaan dan membuat bentuk baru. Perahu kertas mengingatkanku, betapa  ajaib hidup ini mencari – cari tambatan hati, kau sahabatku sendiri. Kau seperti perahu kertas yang hendak berlayar dalam genangan riak buih yang bisa menenggelammu. Padahal, kau tahu huruf – huruf  ini lebih kekal padamu. Membuatmu lebih berarti dan tidak akan menenggalamkanmu. Tapi nyatanya  kau memudarkan goresan ini. Selamat Berlayar ~

 

(Tulisan ikut @bentangpustaka #PerahuKertas2, tapi belum beruntung)

Ruang

“Kamu tega, kamu melakukan semua ini,” isakmu mendalam sambil memukul. Cukup keras kamu memukul, tapi tidak ada air mata yang keluar. Aku tau matamu terlalu sombong untuk mengakui linangan itu.

Malam ini lagi – lagi kamu marah atas keadaan yang sama, atas musabab perbuatan yang serupa. Ritual aneh seperti itu akan kamu jalani selama beberapa jam sampai akhirnya kamu jatuh tertidur dengan iringan instrumen dari audio kamarmu.

“Kamu berkhianat, kamu jahat,” rontamu lagi. Kali ini sepertinya kamu cukup terpukul hingga mengatakan kata berkhianat selarut ini. Aku lagi – lagi hanya mampu mematung. Continue reading Ruang

LUP-A-A

Detik dan menit yang tidak pernah terputuskan, dalam siang malam yang tiada pernah tidak saling beriringan. Dalam kebutaan suasana ketika semua berubah dan semua tak lagi sama, ketika semua saling melepas sayap pada angin kebebasan pediaman langit. Sering berkelakar dan saling mencaci dalam diam yang tidak teresapi. Kamu datang tapi tak ada, kamu pergi namun seperti membututi.

Continue reading LUP-A-A

Cobalah Mengerti (1)

Bulan menggantung diantara sunyi, menyabit melengkung sempurna. Malam menjadi malam jika sempurna hadir, bulan, bintang dan malam yang hitam pekat. Sayangnya mungkin itu tidak akan terjadi disini, malam bukanlah hitam pekat, dia serupa senja yang memerah. Dari kejauhan ku pikir seperti kebakaran.

Selama matahari masih dalam orbit dan bumi masih berputar dalam poros, semua masih sama. Hari ini aku berkunjung pada seseorang, seperti biasa saat ini ku tebak ia tengah terbenam dalam transkip grafik dan berhadapan dengan benda elektronik yang terus bergerak krusornya. Tapi, sesampainya aku disana. Aku tertegun mendapati ia tengah berdiam menatap lembah yang berhambur ratusan lampu kota. Aku suka menyambanginya, karena tempat ini memang romantis.

Ia menghela nafas, seperti ada penat yang ia tahan. Kemudian ia meletakkan sesuatu di atas balkon. Undangan pernikahan.

“Exza menikah, kemarin Lelia, sebulan yang lalu Tetra…. Lantas?” ia seperti bertanya pada dirinya sendiri. Continue reading Cobalah Mengerti (1)